Dianggap Sebagai Gubernur Terbodoh Mississippi, Karena Kebijakannya saat Covid-19

Covid-19 adalah pandemi yang membuat semua orang menjadi kesulitan. Tidak hanya korban jiwa, tetapi juga mata pencaharian orang banyak yang hancur dikarenakan adanya virus Corona ini. pemerintah yang bertugas untuk melindungi warganya dari pandemi terpaksa membuat kebijakan yang tidak populer untuk tetap menjaga warganya dari virus berbahaya ini. Akibatnya, banyak pimpinan yang menjadi sorotan publik karena kebijakannya yang tidak konsisten atau tidak populer dan bahkan disebut sebagai gubernur terbodoh.

Ada banyak gubernur yang seringkali menjadi sorotan atas keputusan politiknya yang kontroversial dan tidak popular. Hal ini juga terjadi pada gubernur Mississippi, Tate Reeves, yang disorot terkait dengna kebijakannya selama masa pandemi.

Tate Reeves adalah gubernur ke 65 untuk negara bagian Mississippi, dia dilantik pada tanggal 14 Januari 2020. Beberapa bulan setelahnya, pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia. Hal ini membuatnya harus membuat kebijakan yang ternyata banyak membingungkan warganya.

Kritikan tajam yang dilontarkan berbagai pihak telah menandai karir politiknya terutama pada masa pandemic Covid-19 di negara bagian tersebut. Tak khayal, dia disebut gubernur terbodoh atas keputusannya tersebut.

Kebijakan Gubernur yang Membingungkan

Hal ini di awali pada bulan Maret 2020 ketika pandemi mulai menghantam Mississpi. Kasus virus Corona Covid-19 yang mulai menyebar justru menambah perbincangan masyarakat karena di masa itu gubernur ini justru membawa keluarganya perjalanan ke Paris dan Barcelona. Perjalanan tersebut dilakukannya tepat sebelum presiden Amerika Donald Trump memberlakukan larangan perjalanan ke Eropa.

Ada yang lebih lucu dari kejadian ini, yaitu Reeves mengumumkan keadaan darurat di Mississippi. Berlanjut sekitar 10 hari setelahnya, dia mengeluarkan perintah eksekutif yang mengharuskan warganya untuk menjauhi kontak sosial, membatasi pertemuan-pertemuan, membatasi bar, restoran, dan juga layanan kesehatan.

Tidak hanya itu, terdapat paradoks dalam perintah yang dia berikan. Perintah tersebut seharusnya dimaksudkan untuk memberlakukan pembatasan baru, tetapi kenyataannya justru peraturan ini menciptakan kekacauan karena adanya pernyataan bahwa aturan yang lebih ketat dari peraturan warga negara bagian tersebut akan ditangguhkan selama masa krisis.

Pernyataaan ini membuat kebingungan para warga dan terutama pemerintah local, karena mereka menjadi bingung bagaimana harus mempedomani kebijakan yang kabur tersebut.

Karena kondisi yang terjadi tersebut, maka pemimpin lokal  dengan terpaksa harus menjelaskan kepada warganya tentang bagaimana kebijakan yang sebenarnya diberlakukan, yaitu tetap memberlakukan adanya jam malam, larangan restoran untuk buka, dan tetap tinggal di rumah selama masa pandemi.

Pernyataan gubernur yang membingungkan ini juga diakui oleh walikota Tupelo, Jason Shelton. Dia juga menganggap bahwa apa yang dilakukan gubernur Mississipi ini telah menciptakan kepanikan dan kebingungan di negara bagian tersebut.

Meskipun selaku gubernur Reeves telah mencoba menenangkan warganya dengan pernyataan tentang Mississippi tidak akan pernah menjadi seperti Tiongkok ataupun Korea Utara, tetapi pernyataan yang dia buat sebelumnya sudah cukup untuk membuat kebingungan di negara bagian tersebut. Gubernur ini harus lebih belajar lagi agar tidak membuat kebijakan yang saling bertentangan dan tidak digukung oleh para ahli.

Akibat kondisi tersebut, situasi di Mississippi saat itu sangat rumit karena tidak adanya kejelasan dan menghilangnya kepercayaan public. Tentu ini menjadi perhatian serius agar para pemimpin lebih memperhatikan kebijakan dan pernyataan yang diambil saat masa-masa krisis terjadi.

Seharusnya, sebagai seorang gubernur dia lebih memperhatikan bagaimana dia membuat pernyataan. Karena atas pernyataannya lah warga membuat kesimpulan dan tindakan.

Memang, tidak sedikit pimpinan yang juga ikut kebingungan menghadapi pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Kebijakan yang tidak populer terpaksa harus diambil agar dapat melindungi warga demi kemaslahatan yang lebih baik meskipun harus disebut sebagai gubernur terbodoh.

Ironisnya, tidak sedikit juga warga yang pasti dirugikan karena adanya kebijakan seperti ini. Restoran yang terpaksa tutup membuat tidak adanya pengunjung yang makan dapat berujung pada kebangkrutan. Belum lagi toko-toko retail yang hampir sama sekali tidak mendapatkan pelanggan.

Menghadapi situasi seperti ini memang seorang pemimpin dituntut untuk menjaga komunikasi yang baik terhadap warganya, baik melalui media televisi, koran, maupun media sosial yang dimilikinya. Melalui komunikasi itu memang tidak semua orang dapat menerima kebijakan yang diambil, tetapi setidaknya kebijakan tersebut mempunyai landasan dan penjelasan yang jelas.

Pemerintah juga harus memberikan bantuan terhadap warga yang kesulitan dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi membuat semua lini bisnis menuju kehancuran. Oleh karenanya warga membutuhkan bantuan yang nyata untuk memenuhi kebutuhan primer sehari-harinya.

Penutup

Menjadi seorang pemimpin apalagi saat masa krisis tentu tidak mudah. Ada kemungkinan-kemungkinan munculnya kebijakan yang tidak populer harus diberikan. Mencari kepercayaan publik dan mengutamakan kepentingan masyarakat harus diprioritaskan, meskipun memang tidak semua orang merasa senang dengan kebijakan tersebut.

Langkah-langkah yang pasti, konsisten, dan berpihak pada masyarakat umum menjadi kunci untuk dapat bergerak maju mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Leave a Comment